Friday, January 22, 2010

Pemahaman Islam

Pernahkah kita sebagai seorang muslim memikirkan mengenai bilangan-bilangan usia kita yang telah terlewat? Semakin hari, usia kita semakin menghilang, berkurang, dan akhirnya habis. Belasan bahkan puluhan tahun usia yang telah kita lewati dengan membawa label seorang muslim, pernahkah kita merenung sejenak dan bertanya pada diri kita sendiri, “Berapa banyak pemahaman agama Islam yang telah kita miliki?”

Usia, bisa saja menjadi sebuah nikmat yang tak ternilai harganya manakala kita telah dan terus menginfakkannya hanya dalam rangka beribadah keapada Allah swt, bukan untuk tujuan yang lain. Namun di sisi lain, usia pun bisa menjadi sumber laknat Allah swt yang juga tak terkira hebatnya jika usia tersebut kita persembahkan kepada hal-hal yang berbau maksiat atau bahkan kepada kemaksiatan itu sendiri.

Insya Allah saya yakin bahwa sebagian besar dari kita yang membaca artikel ini telah terlahir dalam keadaan Islam. Namun sampai sebesar dan setua ini, berapa banyak waktu yang telah kita habiskan untuk belajar dan mengenal Islam tersebut? Sampai saat ini, berapa banyak pengetahuan dan pemahaman kita mengenai Islam? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak lagi membutuhkan jawaban lisan yang bertele-tele atau argumentasi yang panjang lebar. Karena, jawabannya sudah tampak jelas dengan sendirinya melalui wajah-wajah umat muslim dalam menjalani kehidupan dan ibadahnya sehari-hari.

Seseorang yang mengerti dan memahami Islam dengan baik, tentu saja akan terpancar dari tata cara kehidupannya sehari-hari. Karena, bagi seorang muslim yang benar-benar telah memahami Islam dengan seutuhnya, segala aktivitas kehidupan ini adalah hanya untuk satu hal, yaitu mendapatkan rahmat Allah swt. Dan ia pun yakin bahwa dalam setiap satuan waktu terkecil yang berjalan di dalam ruang kehidupan ini, Allah swt tidak akan pernah kehilangan pengawasannya. Allah swt tidak akan pernah kecolongan. Untuk itulah, ia akan senantiasa melewati hari-hari dalam kehidupan ini dengan amal-amal sholeh.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr : 1-3)

Melalui ayat dalam surat Al ‘Ashr di atas jelas sekali bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa memanfaatkan waktu untuk beriman hanya kepada Allah swt, berbuat amal sholeh, dan saling menasehati di dalam kesabaran dan kebenaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Kerugian besar bagi kita jika hanya menghabiskan usia dengan kesenangan dunia saja atau hanya mengikuti alur kehidupan ini layaknya air yang mengalir. Dalam hidup ini kita harus berjuang, karena perjuangan dan kehidupan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hidup akan lebih hidup dengan adanya perjuangan. Dan perjuangan hanya akan hidup jika kehidupan masih berjalan. Janganlah pernah merasa puas dengan apa yang telah kita dapatkan atau kita miliki. Kita harus memiliki energi ketidak puasan yang positif, yang akan membawa kita untuk tidak akan pernah berhenti untuk berjuang dalam rangka memperbaiki diri dan berusaha menjadi seorang muslim yang memiliki nilai.

Mungkin kita pernah mendengar ucapan semacam ini dalam sebuah percakapan, “Yah…maklum deh, saya mah orang awam. Nggak ngerti…”. Ucapan semacam ini memang bukanlah satu hal yang aneh lagi di telinga setiap kita. Namun kalau kita renungi lebih jauh lagi, rupanya ucapan tersebut dapat memberikan teguran yang cukup keras bagi kita semua. Mungkin masih dalam kategori wajar jika ucapan semacam itu terlontar dari mulut seorang bocah, meskipun sebenarnya itupun merupakan teguran atas peranan orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya.

Namun, ucapan semacam itu merupakan sebuah musibah besar manakala terucap dari seorang muslim yang sudah mencapai usia 40 plus… Dan aneh pula manakala ucapan semacam itu tumpah dari mulut seorang muslim yang telah beruban. Kalau memang demikian adanya, mungkin secara bodoh akan timbul pertanyaan, “Emang selama ini kemana aja? Sudah ubanan kok masih nggak tau apa-apa”.

Islam adalah nyawa di dalam tubuh manusia, jika pemahaman kita mengenai Islam hanya pas-pasan atau bahkan sangat minim, lalu bagaimana kita akan membuatnya tetap berdiri tegak, menatanya hingga tampak indah, menghiasnya agar sejuk dan nyaman, dan mempertahankannya agar tetap hidup dan menghidupi jasmani dan ruhani kita. Tanpa pemahaman Islam yang cukup, niscaya Islam yang telah lahir bersama nafas kita akan lemah, mudah terkikis sedikit demi sedikit dan akhirnya habis. Maka tinggallah kehidupan yang tawar, hampa, hambar tanpa warna dan rasa. Bahkan besar kemungkinan, kehidupan akan dipenuhi dengan racun yang kita tidak tahu penawarnya. Karena Islam adalah penawar segala macam penyakit dunia.

Jangan sampai kita menjadi seorang muslim yang senantiasa tertipu oleh kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt, sehingga kita tidak memanfaatkannya untuk beramal sholeh. Ingatlah, bahwa setiap usia pasti ada batasnya. Setiap usia pasti ada ujungnya yang akan menghentikan siklus kehidupan pemilik usia tersebut. Untuk itu, manfaatkanlah waktu luang dan usia yang masih tersisa untuk terus memperdalam pemahaman terhadap Islam yang telah dianugerahkan Allah swt kepada kita, umat Muhammad saw yang merupakan umat terbaik. Rasulullah saw telah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. Peringatan Rasulullah saw yang telah disampaikan dengan jelas ini hendaknya menjadi pelajaran bagi setiap umat muslim.

Saudaraku, marilah kita sama-sama berjuang dengan sisa usia yang hanya tinggal sisa ini untuk terus memperdalam agama Islam. Mengasah kembali pedang pola pikir, prinsip hidup, dan pola pikir islami kita yang telah tumpul. Mari sama-sama kita berjuang untuk menjemput janji Allah swt untuk memperolah derajat yang tinggi dengan terus memperdalam pemahaman dan realisasi ilmu Islam.

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)

0 komentar:

Post a Comment

recent comment