Saturday, January 2, 2010

menceritakan rahasia kegaiban yang terbuka baginya merupakan suatu tindakan bodoh


Menjawab semua pertanyaan, mengungkapkan segala yang disaksikan, dan menyebut-nyebut semua yang diketahuinya adaah pertanda akan kebodohan seseorang. Karena menjawab semua persoalan yang di ajukan kepadanya adalah sikap yang salah. Tidak semua pertanyaan sekitar masalah rahasia batin yang dimiliki hamba yang ma'rifat boleh di jawab. Karena menjawab sesuatu, hendak pula melihat kemampuan ilmu yang ada pada seorang hamba yang hendak diberikan jawaban. Menjawab pertanyaan seputar yang gaib, seakan mengasumsikan bahwa ilmu yang dimilikinya meliputi segala sesuatu. Yang demikian itu tidak mungkin, karena Allah tidaklah memberikan ilmu kepada hamba-Nya melainkan hanyalah sedikitsekali.

Firman Allah :
Artinya : "dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikt".
( Qs. al-isra' : 85 )

menjawab pertanyaan secara benar yang berkenan dengan ilm syar'at yang perlu diketahui oleh umat menjadi kewajiban setiap ulama dan para pendidik yang mengetahuinya. Tetapi dalam prespektif ilmu tasawuf, ada banyak hal yang tidak semuanya boleh djawab, karena berkenaan dengan rahasia gaib yang dietahui oleh seorang hamba. Menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu batin yang telah dituangkan Allah ke dalam hati hamba yang marifat menunjukkan akan ketololannya. Begitu pula menceritakan semua keajaiban rahasia batin yang disaksikan dan yang dialami olehnya. Sebab semua peristiwa yang berkaitan dengan rahasia batin adalah anugerah yang diberikan kepada seorang hamba yang khos. Apabila peristiwa gaib dan itu dijelaskan kepada orang yang bukan ahlinya, apalagi orang awam, niscaya akan menimbulkan fitnah, ejekan dan pendustaan.
Oleh karena itu menyampaikan penjelasan atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah ini, adalah merupakan sebuah tindakan bodoh dan tolol. Karena ia telah mengungkapkan rahasia kegaiban yang harus disimpan dan dirahasiakan. mengungkapkan peristiwa-peristiwa rahsia yang dalam, adalah mustahul untuk bisa dicapai hakekatnya dengan ibarat secara lafzhiyah dalam bentuk ucapan. Hal ini, akan menimbulkan bentuk pengingkaran dan mengeruhkan ilmu-ilmu orang pilhan yang khos.

0 komentar:

Post a Comment

recent comment