Hari itu diawali dengan pagi hari yang cerah. Saya memulai hari dengan olahraga pagi di sekitar komplek.Sehingga saya tidak sadar bahwa hari sudah menunjukkan pukul "07.30". Padahal saya belum mandi dan sarapan. Melihat waktu sudah mepet, saya melakukan semuanya dengan extra cepat dan tepat. Dan akhirnya saya berangkat tepat pada jam 08.00. Ketika dalam perjalanan saya mempunyai inisiatif untuk menjemput rio yang paa saat itu tidak mengetahui kapan pertandingan akan dimulai. Namun tak semudah itu saya sampai ke rumah rio, pagi itu polisi beredar dimana-mana sehingga gerak saya terbatas. Tapi dengan akal yang cerdik saya melewati jalan pintas yang di ajarkan rio kepada saya... dan akhirnya saya selamat sampai di rumah rio. Ketika saya panggil ternyata rio ada di rumah, untung saja dia tidak pergi dengan temannya. Pada saat itu rio keluar dengan kaki yang diberi beban 4 kg masing-masing kakinya. Namun tak semudah itu saya membawa kiper inti ini ke lapangan, saya harus menunggu mama rio pulang. Setelah sekian lama saya menunggu di sana akhirnya mama rio pun tiba. Saya pun tak ingin membuang-buang waktu lagi. Di perjalanan hal yang paling saya benci ternyata menjadi kenyataan, minyak motor saya sudah berkedip-kedip dan terpaksa harus di isi di pom bensin gajah mada. Untung saja orang tidak ramai yang mengantri. Ketika menunggu antri, saya menanyakan kepada rio apakah dia sudah membawa sepatu ? Riopun sempat
bergurau dengan mengatakan kalau dia lupa bawa sepatu, padahal dalam kenyataannya berbeda. Rio juga mengatakan bahwa dia masih memiliki 2 pasang sepatu di rumah. Dengan semangat saya menyuruh rio mengambil sepatu itu di rumahnya karena di tim kami banyak pemain yang tidak punya sepatu bola. Setelah bensin terisi saya bergegas balik lagi ke rumah rio dan mengambil sepatu. Sedikit kecewa ternyata rio hanya menemukan 1 pasang sepatu, tapi itu tetap membantu. Sayapun dengan ngebut pergi ke Kompi C. Ketika mau masuk ke kompi C seorang tentara menyuruh saya mematikan mesin dan mendorongnya kedalam. Riopun membantu saya untuk mendorongnya. Di tepi lapangan sudah terlihat kelompok pemain kami tapi belum lengkap. Kemudian saya bertanya pada aga, "mana kertas daftar pemainnya?" dia mengatakan 'sudah saya berikan ke panitia', padahal ketika saya tiba masih ada di tangannya. Yang lebih menyakitkan lagi, waktu itu dia mengatakan bahwa saya lama sekali tiba. Padahal dia tidak tahu seberapa besar peran saya pada hari itu. Sungguh ironi memang, orang yang paling penting dalam tim tenyata mempunyai seorang pemain yang licik dalam tim.Ya terpaksalah aga menjadi kapten untuk kekalahan-kekalahan kami berikutnya. Seharusnya saya yang jadi kapten, tentu saja karena pada hari sebelumnya semua sudah sepakat untuk menjadikan saya sebagai kapten. Suatu kehormatan apabila saya memakai ban kapten di lengan kanan saya dan bisa membuat permainan saya 2x lipat dari sebelunya. Untung saja panitia tidak menyediakan ban kapten, jadi saya tidak terlalu kecewa. Apabila saya sempat melihat orang lain selain saya memakai ban kapten di tim saya, entah bagaimana nasib tim ini kelak. Tapi dengan mental sebagai kapten karena dulu saya pernah menjadi kapten di klub dan di x2 saya tetap berusaha dan memberikan motivasi serta pengarahan kepada pemain. Karena saya berada di pusat jadi bisa mengontrol jalannya permainan. Tapi semua sia-sia barisan pertahanan bisa saya atur, tetapi yang berada didepan tidak mau mendengarkan perintah saya. terlebih aga yang dibabak pertama sibuk ingin memperlihatkan kehebatannya padahal saya beberapa kali berada di posisi bebas. Dan tentu saja akhirnya tim kami kalah. Tentu saja ! kaptennya saja lebih mementingkan diri sendiri !! sungguh contoh yang tak baik.
Pada hari ke-2, kami berkumpul di cafe pak amir. Saya pikir mereka sibuk mempersiapkan pemain tapi malah sibuk bermain dota di hanif. Yaa saya hanya bisa pasrah lagian saya juga bukan kapten, tentu saja saya tidak punya wewenang. Kami pergi setengah jam sebelum pertandingan.
Pada hari itu saya ingin melihat kehebatan aga menjadi kapten dengan menyuruhnya di posisi tengah dan saya berada di posisi striker. Ternyata dia tidak bisa mengatur tim, bahkan sempat terjadi kekacauan. Aga malah menyalahkan dean yang bermain keluar dari postnya, padahal dia juga seperti itu.. (kapten macam apa yang menyalahkan teman setimnya?). Tentu saja kami kalah lagi dengan tim yang saya rasa tidak terlalu kuat.
Pada hari ke-3, pada hari ini saya merenung bahwa yang saya lakukan 2 hari sebelumnya benar atau salah ? Dan sempat membuat saya stress, tapi dengan melihat teman-teman saya dipermalukan oleh tim lain membuat saya sadar bahwa pada hari ini saya harus menunjukkan pada semua orang bahwa tim ini bukan tim kacangan. Dan sayapun kembali ke posisi awal tapi tidak terlalu ngebet ke depan, saya menyerang kedepan jika hanya mendapat kesempatan tentu saja saya siap balik lagi ke posisi semula dan membantu pertahanan. Apalagi di depan di bantu oleh bang Andre (abangya si rio) dan pendamping saya rio yang waktu itu bermain di posisi DM sementara adit yang menjadi kiper. Kaki saya sempat tegang dan beberapa kali di langgar oleh pemain lawan tapi itu semua tak membuat semuanya pudar bahkan bisa menjadi pacuan buat saya agar bisa lebih berusaha keras lagi ! Akhirnya perjuangan kami tidak sia-sia, walaupun tidak menang tapi kami berhasil mendapatkan 1 poin dan menggagalkan kemenangan sempurna tim lawan terkhir kami dalam group. Jujur saja sebenarnya tidak terlalu senang bermain imbang karena pada awalnya saya menargetkan kemenangan.
rating pemain XI Ipa int menurut survey :
1. Fandrio 8.10
2. Dannu 8.00
3. Fadhel M 7.78
4. Ibnu 7.70
5. Aga 7.65
6. Rozi 7.55
7. Dean 7.50
8. Razaq 7.30
9. Aimi 7.15
10. Fadhel H 7.00
11. Adhit 7.00
12. Ryan 7.00
* data di atas di ambil dari berbagi sumber.
bocoo..